Pertukaran Pelajar Membawa Pencitraan Positif bagi Indonesia

Senayan (Mandikdasmen): Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah yang diwakili oleh Bambang Indrianto selaku Sesditjen menerima pamitan 6 pelajar asing yang mengikuti program pertukaran pelajar tahun 2007/2008. Program ini merupakan kerjasama dari American Field Service (AFS) dengan Yayasan Bina Antarbudaya di Indonesia yang berlangsung setiap tahun.

“Pertukaran pelajar dengan negara asing sangat bermanfaat terutama untuk pencitraan negara Indonesia, saya mengucapkan terima kasih atas kerjasama dengan AFS”, tukas Bambang Indrianto saat menerima pamitan pertukaran pelajar dengan Yayasan Bina Antarbudaya. (20/06)

Bambang Indrianto menambahkan bahwa mereka yang ikut Pertukaran Pelajar ini diharapkan kelak dapat menjadi Duta Besar bagi negaranya di Indonesia.

AFS sudah berdiri sejak tahun 1956 yang berkantor pusat di New York dengan anggota sebanyak 58 negara. AFS mempunyai program diantaranya adalah pertukaran pelajar, pertukaran guru, dan pertukaran relawan. Dengan membawa misi menciptakan perdamaian dunia melalui rasa kepedulian dan kebersamaan antara negara, kini sudah terdapat 13.000 orang per tahun yang mengikuti program pertukaran ini.

“Persahabatan yang dibangun untuk perdamaian dunia telah dirasakan manfaatnya bagi Negara yang mengirim maupun yang menerima pertukaran pelajar, terutama bagi pelajar tersebut”, kata Ridwan selaku Direktur Yayasan Bina Antarbudaya.

Ridwan menjelaskan bahwa siswa-siswa yang mengikuti program ini nantinya akan mempromosikan negara Indonesia di sekolah-sekolah dan komunitas negara mereka masing-masing. Sehingga muncul pencitraan bangsa Indonesia yan positif, karena mereka sudah banyak mendapatkan pengalaman dan perlakuan yang baik selama tinggal di Indonesia.

Negara yang berpartisipasi untuk tahun ini ada 3 negara yaitu Jerman, Perancis dan Belgia. Mereka mengikuti program pertukaran pelajar selama satu tahun di Indonesia yang ditempatkan disekolah-sekolah yang terdapat di Jakarta, Pekalongan, Semarang, Jogyakarta, Makasar, dan Kerawang.

“Untuk biaya hidup mereka di Indonesia, ditanggung oleh masing-masing keluarga yang mengadopsinya selama satu tahun”, kata Ridwan. Ia menambahkan bahwa keluarga yang mengadopsi terlebih dahulu mengajukan lamaran kepada Yayasan Bina Antarbudaya lalu dilakukan penyeleksian.

Program ini memakan biaya USD 7600 per orang untuk pengurusan tiket pesawat, asuransi dan biaya hidup lainnya. Sehingga menjadi salah satu kendala bagi pertukaran pelajar yang tidak mampu. Selain itu, kendala krisis ekonomi dan travel warning membuat program ini tidak lancar. Dilihat dari perkembangannya sebelum tahun 1998 yang biasa menerima pertukaran pelajar sebanyak 75 orang, kini hanya 6 orang pertahun. Diperkirakan tahun depan akan ada kelonjakan penerimaan pertukaran pelajar dari Jepang sebanyak 100 orang yang akan mengikuti program selama 3 bulan ke Indonesia.


Anak-anak yang dikirim dalam pertukaran pelajar mengikuti penyeleksian sebanyak 3 tahap, yaitu memiliki nilai akademik yang bagus, menulis esai, dan interview. Anak yang dicari dalam program ini adalah mereka yang bersahabat dan diharapkan menjadi pemimpin dimasa depan. Tapi tidak luput dengan penguasaan bahasa asing yang baik. Hal ini pun, berlaku bagi anak Indonesia yang mengikuti program Pertukaran Pelajar ke luar negeri.

0 komentar:

Posting Komentar