UNESCO akan segera nyatakan Batik sebagai “Worlds Heritage” dari Indonesia.

Awal Oktober mendatang seluruh bangsa Indonesia pantas berharap bersukacita atas segera terbitnya publikasi UNESCO selaku institusi PBB untuk urusan kebudayaan yang menyatakan bahwa Batik sebagai suatu Warisan Budaya Dunia asli dari Indonesia. Pengakuan Batik sebagai warisan dunia akan lebih meningkatkan citra batik sebagai suatu produk seni adiluhung yang bersifat universal hingga pantas untuk terpelihara kelestariannya serta sekaligus mengedepankan nama baik Indonesia sebagai negara asalnya.

Dengan pengakuan UNESCO diatas maka Batik akan menjadi karya seni budaya asli dari Indonesia yang ketiga beroleh julukan “World Heritage” setelah Wayang dan Keris yang masing-masing diganjar penghargaan sebagai “Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada tahun 2003 untuk Wayang dan Keris pada November 2005.

Pihak Indonesia sejak setahun yang silam terlebih dahulu telah mengajukan usulan perihal batik sebagai warisan budaya dunia kehadapan UNESCO bulan September 2008 yl; untuk seterusnya dibahas dalam forum kajian ilmiah urusan budaya, termasuk didalamnya melewati proses uji penolakan atau sanggahan keberatan dari sesama negara serumpun : Brunei Darussalam dan Malaysia.

Suka cita atas pengakuan Warisan Budaya dalam pengumuman UNESCO pada tgl 2 OKT mendatang seakan menjadi titik kulminasi tertinggi dan terterang atas serangkaian acara pagelaran seni budaya batik terkini baik di tanah air maupun di luar negeri yakni; Gelar Batik Nusantara 2009 yang berlangsung di JCC Jakarta akhir Agustus yl maupun kegiatan pameran koleksi batik milik Ibu dan keluarga Presiden AS Barrack Obama yang menggelar pameran batik dalam rangka memeriahkan peringatan proklamasi RI 17 Agustus yl di ibu kota AS Washington DC.

Dan jadi jelas terang benderang pula kehadapan seluruh warga dunia bahwa Batik memang produk seni budaya luhur karya leluhur bangsa Indonesia yang eksistensi telah ada sejak dahulu kala khususnya tumbuh berkembang bermula dalam khasanah seni budaya Jawa lalu meluas keseluruh Nusantara serta ke berbagai penjuru dunia.

Atas penyebaran seni budaya batik yang universal sungguh patut digarisbawahi segenap kalangan di tanah air adalah janganlah sampai perkembangan batik kontemporer masa kini kemudian kalah tertinggal dibanding karya cipta bangsa asing. Jangan pula terjadi andaikata produk batik motif tradisional di tanah air kemudian justru dijiplak negeri asing lalu diproduksi massal untuk kemudian dijual membanjiri pasar busana di tanah air dengan harga serba murah serta merta menyudutkan produk buatan perajin batik di rumah sendiri.

Adalah sungguh menggembirakan bahwa seniman Indonesia masa kini telah berhasil menciptakan karya kontemporer model “batik fraktal” dengan metode yang terbilang canggih : estetika seni dipadukan komputansi komputer. Karya cipta hasil kerja sama kelompok “Pixel People Project” berkolaborasi dengan seniman ITB dan produsen Rumah Batik Komar di Bandung menghasilkan kain batik kontemporer yang unik dan bermutu tinggi yang mulai popular sejak tahun 2007 yl. Karya cipta semacam inilah yang seakan menyambung kembali mata rantai yang terputus sejak masa keberadaan tokoh seniman batik seperti sosok maestro : seniman Iwan Tirta serta seniman lukisan batik (alm.) Amri Yahya yang berkarya cemerlang mengeksplorasi karya cipta batik hingga diakui di dunia Internasional.

Untuk menjadi pembanding yang sepantasnya maka tengoklah karya-karya seniman AS Mary Edna Fraser yang setelah dengan demikian intens menggeluti khasanah budaya dan desain batik Nusantara sejak tahun 1970-an hingga sekarang lalu mampu menciptakan bermacam desain motif batik kontemporer dengan mengaplikasikan metode fotografi modern digital imaging untuk menghasilkan rancangan seni batik kolosal dengan nilai estetika sungguh luar biasa !

Setidaknya dua karya terkini seniman AS tersebut untuk tahun 2008 yang berjudul “Iceberg” dan “Expanding Oceans” menyiratkan kepedulian terhadap kondisi lingkungan hidup : “Global Climate Change” ; yang memang adalah hasil karya kerja sama Mary Edna Fraser dengan ilmuwan Orrin Pilkey. Karya seni bermuatan Sains seperti inilah sebagai salah satu contoh yang sepantasnya perlu digali sungguh-sungguh oleh para seniman batik beserta kalangan ilmuwan untuk dipersembahkan kehadapan khalayak pencinta seni batik di tanah air.


Sumber: Sumber ragam info web. / Rizal Aachtung.


0 komentar:

Posting Komentar